Oleh: Cecep Supriadi
Al-Qur’an
adalah kitab suci umat Islam yang otentik dan bersifat final. Diturunkan kepada
nabi Muhammad saw. sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh manusia dalam
menjalani kehidupan. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang akan membawa
kebaikan bagi siapa yang mengikuti dan berpegang teguh kepadanya. Yang
mencangkup seluruh aktivitas ibadah, mu’amalah, dakwah, dan juga pendidikan.
Al-Qur’an telah
berhasil mendidik nabi Muhammad beserta para sahabatnya. Menjadikan mereka
generasi terbaik. Serta mampu membangun peradaban. Peradaban baru yang
menggantikan peradaban lama (Arab sebelum Islam). Yang penuh dengan
kejahiliahan, kemusyrikan, dan ketidakadilan.
Berdasarkan
fakta sejarah tersebut, sudah menjadi hal yang sangat urgen untuk kembali
mengkaji al-Qur’an. Menerapkannya dalam kehidupan sebagai pedoman yang tidak
akan menyesatkan. Jika, kita mengharapkan generasi terbaik kembali hari. Maka,
mendidik generasi baru dengan metode yang terdapat dalam al-Qur’an menjadi
sebuah keharusan.
Banyak dalam
al-Qur’an metode pendidikan yang efektif. Salah satunya terdapat dalam surat
an-Nah ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah,
dan mau’izoh hasanah (pelajaran yang baik) dan jadilhum billati hiya
ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang baik). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Terdapat tiga metode pendidikan dalam ayat ini. Pertama,
mendidik dengan al-hikmah. Para ulama tafsir memberikan pengertian
hikmah beberapa definisi. Salah satunya penjelasan Sayyid Quthub dalam Fii
Zilalil Qur’an, mendidik dengan hikmah adalah menguasai keadaan dan kondisi
peserta didik (anak, murid). Mengetahui batasan-batasan materi yang disampaikan
sesuai dengan kemampuan akal mereka. Sehingga tidak membingungkan dan memberatkan.
Kedua, Mendidik dengan mau’izah
hasanah. Dengan nasehat yang baik. Nasehat yang mampu membangun kepercayaan
diri peserta didik. Penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Menghindari
bentakan dan kekerasan. Menjauhi hukuman yang mencederai fisik ataupun batin.
Memberikan contoh yang benar. Sebagaimana Nabi memberikan contoh kepada para
sahabat. Prof. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa anak adalah peniru paling ulung.
Dia akan mengikuti apa yang dia lihat baik ataupun buruk. Oleh sebab itu,
pendidik (guru, orang tua) harus mampu menjadi teladan mereka.
Ketiga, Mendidik harus dengan
mujadalah billati hiya ahsan, mendebat dengan cara yang baik. Maksudnya,
adalah memberikan jawaban terbaik dalam setiap pertanyaan yang diajukan. Sudah
fitrah seorang anak adalah memiliki sikap penasaran dan selalu ingin tahu.
Karena itu, pendidik harus mampu menjelaskan dengan cara yang baik dan
argumentasi yang kuat. Dan mampu memberikan jawaban terhadap rasa penasaran
mereka.
Sudah
menjadi fakta sejarah bahwa Nabi berhasil mendidik para sahabat sehingga
menjadi generasi terbaik. Maka dari itu, hendaknya para pendidik dapat
mengaplikasikan metode pendidikan dalam al-Quran (Surat An-Nahl 125) ini.
Posting Komentar