Featured Post Today
print this page
Latest Post

BERBURU LAILATU-L-QODR


Oleh: Cecep Supriadi

Dalam sebuah pembelajaran Fiqih di Pondok Pesantren pada tahun 2007, guru kamI bercerita bahwa, guru beliau saat mondok di Serang berhasil mendapatkan kesempatan mendapatkan nikmatnya Lailatu-l-Qodr. Beliau mengungkapkan bahwa gurunya melihat langit terbelah memancarkan sinar yang begitu terang dan indah. Angin seketika berhenti menyapu dedaunan. Suara-suara khas hewan malam seketika berhenti. Saat itu malam begitu hening, bahkan gemericik air sungaipun tidak terdengar.
Awalnya kami sedikit heran, takjub, bahkan hampir tidak percaya sampai kami menemukan sebuah hadis dari Ubay bin Ka’ab: Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpamemancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762). Dan dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475.)
Mendengar cerita guru kami tersebut, kamipun ikut berusaha memburu malam yang lebih baik dari seribu bulan tersebut. Dengan mengikuti setiap arahan dan petunjuk serta tata cara dalam melaksakanan ibadah ketika malam tersebut. Meski usaha tersebut sudah kami kerjakan semaksimal mungkin, namun malam yang indah dengan langit terbelah dan pancaran cahaya itu belum kami temukan sampai saat ini, sebagaimana yang diceritakn guru kami tersebut.
Membicarakan malam Lailatu-l-Qodar selalu menjadi topik menarik. Para kiayi, ustadz dan dai-dai selalu mengangkat tema tersebut, terutama menjelang sepuluh hari terakhir Ramadhan. Atas motivasi dan informasi lailatu-l-qodar itulah sebagian umat Islam tertarik untuk ikut meramaikan perburuan dengan memperbaiki kualitas ibadah dan memperbanyak i’tikaf, berdiam diri di masjid, mengkhususkan dan menyendiri beribadah kepada Allah swt.

Pengertian Lailatul Qodr
Lailatu-l-Qodr terbentuk dari dua kata lailah dan qodr. Lailah (malam) dimulai dari terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Sedangkan al-Qodr memiliki arti al-syaraf (mulia), al-waqar (agung),  al-hukmu (hukum), al-qadha (ketetapan), dan al-tadhyiq (menyempitkan).[1]
Ibn Qudamah mendefinisikan lailatu-l-qodar adalah malam yang memiliki kemuliaan, keberkahan, keagungan, dan keutamaan. Pada malam itu juga dikatakan malam ditetapkannya kebaikan, musibah, rizki dan keberkahan.[2] Menurut Quraish Shihab, kata Qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur'an dapat memiliki tiga arti yakni[3]:
1.     Penetapan dan pengaturan sehingga Lailatul-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami
2.     Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat
3.     Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)

Keutamaan Lailatu-l-Qodr
Allah swt menjelaskan satu malam yang teramat istimewa di bulan Ramadhan. Di malam tersebut al-Quran diturunkan. Allah swt menyatakan bahwa malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Yang pada malam tersebut pula para Malaikat turun dengan izin-Nya sampai terbitnya fajar dengan maksud untuk memuliakan turunnya al-Qur’an. Berita ini termuat dalam al-Qur’an secara khusus dalam surat al-Qodr.
Dinamakan lailatu-l-Qodar memiliki tujuan untuk mengagungkan dan memuliakan malam tersebut.[4] Faktor yang menyebabkan malam tersebut mulia adalah diturunkannya al-Qur’an dari lauh mahfudz ke langit dunia. Kemuadian melalui perantara Jibril diturunkan kembali secara berangsur-angsur selama 23 tahun, sebagaimana yang diriwayatkan Ibn Abbas “Allah swt menurunkan al-Qur’an sekaligus dari Lauh Mahfudz ke bait al-‘izzah di langit dunia, kemudian menurunkan secara berangsur-angsur sesuai kondisi selama 23 tahun kepada Rasulullah”.[5]
Ali Ash-Shabuni dalam tafsirnya Shafwatu Tafâsir menjelaskan tiga kemuliaan Lailatu-l-Qodar. Pertama, semua ibadah yang dilakukan hamba Allah pada malam tersebut lebih baik dari ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. Kedua, para malaikat turun ke bumi termasuk juga Jibril pada malam tersebut atas kehendak Allah swt. Dan ketiga, ada kedamaian dan keselamatan sejak terbenamnya matahari -waktu maghrib- sampai terbit fajar pada malam tersebut. Saat itu para malaikat memberikan kedamaian seraya berdoa untuk segenap kaum mukmin. Pada malam itu Allah menghendaki kebaikan dan keselamatan untuk semua manusia.[6]

Amalan saat lailatul qodr
Para ulama menjelaskan semua amal shaleh yang dikerjakan pada malam lailatul qodr, lebih baik dari beramal seribu bulan yang dikerjakan bukan pada malam tersebut. Hal ini berdasarkan pada sebuah riwayat, Rasulullah menceritakan tentang seorang ahli ibadh berpakaian perang yang telah berjuang di jalan Allah saw selama seribu bulan (sekitar 83-84 tahun). Rasulullah mendambakan umatnya mendapatkan hal yang sama seraya berdoa kepada Allah swt “Ya Rabb engkau telah menciptakan umur umatku lebih pendek dari umat terdahulu sehingga lebih sedikit amalannya”. Maka Allah swt memberikan kemuliaan lailatu-l-qodar seraya berfirman “Lailatul qodar lebih baik bagimu dan umatmu dari seribu bulan, maha hendaklah berjuang dimalan tersebut”.[7]
Berdasarkan riwayat tersebut serta informasi kemuliaan lailatul-qodr, Rasulullah saw menugaskan umatnya untuk mencari kemuliaan malam tersebut. Dalam Shahih Bukhari no. 1878: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Abu Suhail dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan". Dalam hadis yang lain dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menegakkan lailatul qodar karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Bukhari no. 34)
Banyak hadis-hadis yang semakna yang diriwayatkan dan tertulis di dalam kitab-kitab hadis muktamad. Hal ini menunjukan agar malam lailatul-qodr tidak dilewatkan begitu saja. Bahkan saking mulianya, Rasulullah Saw semakin giat berburu lailatu-l-qodar.[8]
Amalan yang dilakukan nabi Muhammad saw saat berburu lailatu-l-qodar adalah dengan beri’tikaf di masjid, terutama saat sepulu hari terakhir Ramadhan.

I’tikaf
            Sebagian besar umat Islam memburu lailatul qodar dengan beri’tikaf di masjid sebagaimana dicontohkan oleh nabi Muhammad saw, berdasrkan apa yang dinarasikan oleh Isma'il bin 'Abdullah, telah menceritakan kepada saya Ibnu Wahab dari Yunus bahwa Nafi' mengabarkannya dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan". (Shahih Bukhari 1885)
            I’tikaf secara etimologi iftial, menyibukan diri dengan sesuatu. Dalam pengertian yang lain, i’tikaf juga berarti mengasingkan diri dari pekerjaan biasa. Sedangkan pengertian i’tikaf secara terminologi adalah berdiam dan menetap di dalam masjid dengan niat.[9]
Hikmah i’tikaf adalah membersihkan diri orang yang beri’tikaf secara menyeluruh dengan beribadah kepd Allah, melepaskan diri sejenak dari kesibukan dunia yang menjadi penghalang kedekan seorang hamba dengan Rabbnya.
Jumhur ulama sepakat bahwa i’tikaf merupakan bentuk ibadah sunnah. Para ulama hanya berbeda pendapat dalam hal apakah hanya sebatas sunnah, mandub, atau justru sunnah muakkadah. Para ulama hanafiyah menilai i’tikaf adalah ibadah sunnah muakkadah pada sepuluh akhir bulan Ramadhan, dan mustahab dilakukan selain itu. Adapaun yang masyhur dalam madzhab Maliki adalah ibadah mandub muakkad, bukan ibadah sunnah.
Sedangkan para ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa i’tikaf merupakan ibadah sunnah muakkadah di semua waktu, lebih ditekankan lagi pada sepuluh akhir Ramadhan. Para ulama Hanabilah menilai hanya sebatas sunnah di setiap waktu, lebih ditekankan saat bulan Ramadhan, dan lebih ditekankan lagi pada sepuluh akhir Ramadhan.[10]
Adapun rukun i’tikaf yang disepakati para ulama ada empat. Pertama, seorang mu’takif dengan syarat Islam, berakal, mumayyiz, suci dari haidh, nifas, dan janabah. Kedua, niat beri’tikaf. Niat nmerupakan rukun i’tikaf sebagaimana ibadah yang lainnya.  Ketiga, waktu i’tikaf. Dan keempat, menetap di masjid. I’tikaf tidak dapat dilakukan selain di dalam masjid.[11]
Hal-hal yang dapat membatalkan i’tikaf diantaranya jima’, keluar dari masjid tanpa keperluan, gila (hilang kesadaran), riddah, mabuk, dan haidh dan nifas. Sedangkan hal-hal yang diperbolehkan saat beri’tikaf adalah makan, minum, tidur, belakukan berbagai macam kegiatan, berdiam, berbicara (diskusi), dan berias.
Saat beri’tikaf, seorang mu’takif dapat mengisinya dengan berdzikir, membaca al-Qur’an, shalat-shalat sunnah, berdikusi, membaca buku, dan berdoa masyru terutama doa yang diajarkan nabi saw dalam sebuah hadis dari Aisyah berkata; "Wahai Nabi Allah! Bagaimana menurutmu jika saya berada pada malam lailatul Qodar, apa yang harus saya ucapkan?" Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab: "Hendaklah kamu mengucapkan: Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul `afwa fa`fu `anni (ya Allah Engkau adalah Maha Pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah saya)." (HR. Ahmad no. 24215)

Penutup
            Lailatu-l-qodr merupakan hadiah dari Allah swt untuk umat Nabi saw. Malam tersebut merupakan jawaban dari doa dan pengharapan sang Nabi. Menjadikannya ajang mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah swt menjadi salah satu tujuan dari perintah nabi agar umat senantiasa memburunya. Alangkah merugi seorang muslim yang secara sadar meninggalkan lailatu-l-qodr, sekedar membiarkannya berlalu begitu saja.
Tidak ada satu orang pun yang mengetahui secara pasti kapan lailatu-l-qodr ini terjadi. Meski begitu, Nabi saw telah memberikan isyarat melalui berbagai hadis, yang jika dikumpulkan semua hadis tentang Lailatu-l-Qodr, maka kesimpulannya adalah memburunya di sepuluh akhir bulan Ramadhan. Hikmahnya agar umat Islam senatiasa mau menyediakan waktu khusus untuk bermunajat kepada Allah swt, mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan sepuluh hari tersebut. Wallahu A’lam.




[1] Al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, Juz 35 h. 362
[2] Ibn Qudamah, Al-Mughni Juz 3, h. 178
[3] Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Penerbit Mizan
[4] Ali As-Shabuni, Shafwat at-tafasir , h. 585
[5] Mukhtashor Ibn Katsir, Juz 3 h. 659
[6] Ali Ash-Shabuni, h. 585
[7] Ibid,.
[8] Shahih Muslim 2009: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Abu Kamil Al Jahdari keduanya dari Abdul Wahid bin Ziyad - Qutaibah berkata- Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Al Hasan bin Ubaidullah ia berkata, saya mendengar Ibrahim berkata; saya mendengar Al Aswad bin Yazid berkata, Aisyah berkata; "Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya."
[9] Al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah Juz 5 h. 208
[10] Al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah Juz 5 208
[11] Kifayatul Ahyar, h. 163
0 komentar

Berakhlak Dalam Media Sosial


Oleh: Cecep Supriadi

Islam adalah agama syamil yang mengatur umat manusia untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Aturan-aturan Islam berlaku sepanjang zaman. Yang meluputi aqidah, syariah, mu’amalah, siyasah, dan terutama akhlak.

Akhlak merupakan unsur terpenting dyang harus dimiliki oleh seorang muslim. Muslim yang baik tentu akan berakhlak baik. Tidak menyakiti orang lain, tidak mengganggu ketertiban umum, tidak menimbulkan isu, dan mampu memberikan kenyamanan terhadap orang lain. Akhlak harus terus dibiasakan baik ketika bertemu ataupun lewat media yang lain.

Kemajuan teknologi saat ini, memberikan cara baru dalam berinteraksi dengan orang lain tanpa terbatas jarak dan waktu. Perkembangan zaman membuat seseorang tanpa harus bersusah payah untuk menyambung silaturahmi. Salah satunya dengan media sosial. Media sosial memudahkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.

Media sosial ternyata tidak saja digunakan untuk menyambung silaturahmi. Namun, bisa lebih dari sekedar itu. Media sosial dapat digunakan untuk media jual beli, promosi, bahkan sampai kampanye. Semua dapat dilakukan.

Namun, yang disayangkan saat ini. Terjadi penyalahgunaan media sosial tersebut. Adanya penipuan, mengguncing orang lain, menghina, bahkan penculikan dan pemerkosaan. Semua bisa terjadi dengan media sosial.

Pengertian Akhlak dan Ruang Lingkupnya

Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa arab akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan jamak khuluqun yang memiliki arti perangai (al-sajiyah), kebiasaan (al-’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabi’ah), perbuatan yang baik (al-muru’ah), dan agama (ad-din).

Secara istilah, Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik, atau buruk. Ibnu Maskawaih menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu. Sedangkan menurut Ahmad Amin, akhlak yaitu sifat-sifat yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut,  dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.[1]

Akhlak itu diharus sudah dilakukan dengan sering atau terbiasa, jika hanya dilakukan satu atau dua kali itu tidak dapat dikatakan akhlak.Aristoteles menguatkan bentukan akhlak dari adat dan kebiasaan yang baik, yakni dalam membentuk akhlak yang baik dan terus-menerus. Sebagaiman pohon dengan buahnya, demikian juga akhlak yang baik akan diketahui dengan perbuatannya.[2]

Dari definisi tersebut, akhlak meupakan dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia yang berasal dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu : Tabiat (pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri (gharizah) dan faktor warisan sifat-sifat dari orang tuanya.

Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata).

Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan (ilham) dari Allah swt.[3]

Dilihat dari sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak terpuji (akhlaqqul karimah). Yaitu, tindakan yang memberikan banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Tidak merugikan orang lain dan tidak mngganggu kenyamana orang lain. Kedua, akhlak tercela (akhlakul madzmumah). Yaitu, perilaku yang dikatakan buruk dan membuat orang tidak senang karena tidak sesuai dengan yang diharapkan dan juga bernilai negative.[4]

Ketika ada orang yang berakhlak dengan akhlak yang madzmumah maka ia akan mendapat celaan dari orang-orang disekelilingnya atau berbuat hal yang tidak menyenangkan. Ketika hal itu dilakukan untuk Allah maka, Allah swt akan memberikan ganjaran yang setimpal dengan apa yang sudah dilakukannya. Begitu juga sebaliknya, jika setiap muslim senantiasa berakhlak terpuji. Maka, akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat sebagai balasa atas kebaikan akhlaknya terhadap orang lain.

Dalam beberapa dekade belakangan kita seringkali mendengar kata social media atau media sosial atau jejaring sosial. Media sosial adalah salah satu perkembangan teknologi yang memiliki andil besar dalam memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan bersosialisasi.[5]  Beberapa karakter dari media sosial antara lain :
  1. Adanya partisipasi
  2. Adanya keterbukaan
  3. Adanya percakapan
  4. Adanya komunitas
  5. Adanya Koneksi

Secara umum, media sosail dibagi atas enam kelompok besar
  1. Jejaring sosial. Jejaring sosial membuka kesempatan bagi setiap orang untuk membangun akun sendiri dan terhubung dengan orang lain untuk berbagi konten ataupun informasi. Contohnya, My Space, Facebook, dan Bebo
  2. Blog. Blog adalah jurnal online yang digunakan tiap orang untuk berbagi biasanya tulisan, video, foto dan lain-lain.
  3. Wikis. Website ini membuka kesempatan bagi tiap orang untuk menambah konten atau untuk mengedit informasi yang terdapat di dalamnya, dan menjadikan data-data tersebut seperti dokumen bersama. Contohnya, Wikipedia.
  4. Forum. Layanan yang terbuka untuk diskusi secara online, contohnya, kaskus.com
  5. Podcasts, seperti layanan Apple iTunes
  6. Content communities, seperti, Flickr, del.icio.us, dan Youtube.


Berikut ini sedikit fakta menarik yang menunjukkan perkembangan media sosial yang signifikan (Data berdasarkan riset di tahun 2011):
  1. Pengguna Twitter sudah mencapai 175 juta member, meningkat 133% dari tahun 2010 yang berjumlah 75 juta member
  2. Tercatat ada sekitar 95 juta tweet per hari, meningkat 250% dari tahun 2010 yang berjumlah 27 juta tweet per hari
  3. Facebook memiliki 640 juta pengguna aktif. Setengahnya mengakses Facebook setiap hari
  4. Jika Facebook adalah suatu negara maka Facebook akan menjadi negara dengan penduduk terbanyak no. 3
  5.  LinkedIn tercatat sudah memiliki 100 juta pengguna aktif di seluruh dunia



Di era globalisasi yang semakin marak dengan digitalisasi dan sosial media yang bertaburan, perlu disikapi dengan bijaksana dan mengedepankan etika dan moral dalam meggunakan media tersebut. Dalam artian, akhlak terpuji harus bisa huga diimplementasikan dalam menggunakan media tersebut.
Sifat media sosial yang terbuka dan bebas, dapat membuka celah adanya penyalahgunaan. Bagi seorang muslim, tentu wajib mengedepankan akhlak dan menggunakannya sebaik mungkin dalam hal-hal yang baik. Ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh setiap muslim dalam menggunakan sosial media, diantaranya:
  1. Menghindari fitnah dengan menuduh atau mengklaim kesalahan orang lain tanpa dasar yang jelas.
  2. Menghindari saling mencela sesama pengguna media.
  3. Menghindari penipuan.
  4. Menghindari penyebaran isu (propaganda)
  5. Dan menghindari gambar/foto yang mengundang syahwat.

Sosial media tentu memiliki manfaat yang sangat banyak, jika digunakan secara benar. Namun, bisa menjadi sesuatu yang membawa mudharat, jika digunakan dengan tidak proporsional.

Dalam menggunakan media sosial seorang muslim harus tetap menjaga akhlak. Menggunakannya untuk kebaikan agar mendapatkan banyak manfaat, bahkan pahala. Media sosial akan menjadi baik jika digunakan oleh orang yang berakhlak baik. Namun, dapat menajadi buruk, jika digunakan oleh orang yang buruk.

Daftar Pustaka
Amin, Ahmad. Etika Ilmu Akhlak. (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) Hal 63.
Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Raga Grafindo, 1994) Hal. 26-26.
Mahjuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Hal 7
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Rajawali Press, 2009) Hal. 8
http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial. diunggah tanggal 25/11/2014 pkl. 14:17.


[1] Mahjuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Hal 7
[2] Amin, Ahmad. Etika Ilmu Akhlak. (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) Hal 63.
[3] Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Rajawali Press, 2009) Hal. 8
[4] Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Raga Grafindo, 1994) Hal. 26-26.
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial. diunggah tanggal 25/11/2014 pkl. 14:17.
0 komentar

KHT ONLINE: MENGENAL ALERGI dan TERAPINYA


Oleh: SUDARMADI, LD-ED
Corporate Herbalist HPAI KHT - ATTIIN

KENALI PENYEBAB ALERGI
Sistem kekebalan tubuh setiap orang berbeda sehingga ada beberapa orang yg sangat sensitif terhadap alergen (faktor pemicu alergi) tertentu, sedangkan sebagian orang yg lain tidak.
Ada dua faktor penyebab, yaitu : GENETIKA dan LINGKUNGAN
  1. Risiko alergi Anda sangat berhubungan dgn SEJARAH alergi orang tua. Jika kedua orang tua tidak mengidap alergi, Anda hanya berisiko 15 persen mengidap alergi. Tapi jika ayah-ibu Anda pengidap alergi, risiko Anda pun bisa lebih dari 60 persen.
  2. Faktor lain adalah lingkungan. Reaksi alergi terjadi jika Anda terkena suatu alergen. Semakin besar & berulang-ulang paparan alergen, maka alergi pun cepat berkembang. Selain itu ada faktor lain yg 'berkomplot' menyebabkan kondisi-kondisi alergi, diantaranya kebiasaan merokok, polusi, infeksi, & hormon. Alergen setiap orang berbeda-beda.


Beberapa alergen yg paling sering ditemukan, yaitu :

  1. TUNGAU dan DEBU RUMAHTungau hidup dari kerak kulit manusia yg terkelupas secara teratur menjadi debu dalam rumah. Tungau suka hidup di tempat hangat & lembap, misalnya kasur, seprai, selimut, bantal, sofa, & lainnya. Tungau ini sangat kecil sehingga memungkinkan melayang-layang di udara. Tungau yg terhirup dapat menyebabkan gejala demam serbuk sari (hay fever) dan asma. Jika terkena kulit, dapat menyebabkan eksem.
  2. RUMPUT dan SERBUK BUNGA (POLEN)Serbuk ini berbentuk butiran kecil yang dibawa oleh serangga dan angin. Jika terkena mata, hidung, atau paru-paru pada orang yang sangat peka, bisa menyebabkan hay fever. 
  3. KULIT, BULU dan LUDAH HEWANHampir semua hewan berbulu dapat menyebabkan alergi. Alergen yg terdapat di kerak kulit, bulu @ ludah hewan dapat bertahan lama & sangat mudah menyebar sehingga dapat menyerang orang yg bukan pemilik hewan tersebut.
  4. MAKANANAlergi makanan muncul dalam berbagai bentuk, dari gejala ringan seperti gatal-gatal & bibir bengkak, hingga ke serangan yg mengancam jiwa. Makanan yg paling umum menimbulkan alergi adalah seafood.
  5. OBAT. Beberapa antibiotik dapat menyebabkan alergi. Biasanya, reaksi alergi tidak timbul pada saat pertama kali obat itu diminum, tapi pada pemakaian berikutnya.

Meski penyebab alergi beragam, hanya ada dua jenis alergi yaitu :
  1. Alergi yg mengganggu pernapasan seperti asma & alergi rinitis (bersin & pilek berulang terutama di pagi hari) serta alergi yg timbul pada kulit, contohnya: Urtikaria (biduran), eksim yg disebabkan antara lain oleh kosmetik atau logam (perhiasan). Reaksi alergi tidak hanya terjadi dalam waktu pendek. Terkadang penderita 'merana' selama bertahun-tahun. Alergi bahkan dapat berkembang menjadi penyakit lain. Contohnya alergi rinitis, selain bersin dan pilek dapat juga berbentuk gatal, kemerahan, & berair pada mata. Jika dibiarkan gangguan ini dapat berkembang menjadi SINUSITIS.
  2. Alergi juga dapat menimbulkan reaksi berat yg disebut anafilaksis. Ini adalah reaksi sistemik yg melibatkan sejumlah sistem tubuh, mulai dari kulit, sistem pernapasan, pencernaan, hingga kardiovaskular. Munculnya anafilaksis tidak dapat diprediksi, sehingga pertolongan harus dilakukan secepat mungkin, karena jika terlambat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri atau bahkan meninggal.

SARAN HERBALIS :
###JAGA DAYA TAHAN TUBUH###  
Dengan Mengkonsumsi:  MADU, KURMA, SPIRULINA, SUSU KAMBING


Sangat baik untuk MENINGKAT kan DAYA TAHAN TUBUH

Bila Kondisi MUNCUL PENYAKIT :
  • KOPI RADIX sinergi herba yg sangat BAIK utk MENGATASI ALERGI baik MAKANAN atau OBAT KIMIA
  • SINUS: Konsumsi NOS + MADU + KURMA
  • GATAL GATAL : SUSU KAMBING + MADU + GREEN PALAPA
  • PARU PARU : HABBATUSAUDA GEL + GREEN PALAPA + MADU
  • JANTUNG BERDEBAR : NOS + MADU + Green Palapa

NB: Apabila ada sesuatu yang Muncul segera HUBUNGI HERBALIS HPAI TERDEKAT
Beberapa yang bisa membantu saat Muncul ALERGI : 
AIR KELAPA HIJAU 
KEDELAI ( TEMPE )

Wallahu A'lam.

0 komentar

Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi QS. An-Nahl 125)


Oleh: Cecep Supriadi

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang otentik dan bersifat final. Diturunkan kepada nabi Muhammad saw. sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh manusia dalam menjalani kehidupan. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang akan membawa kebaikan bagi siapa yang mengikuti dan berpegang teguh kepadanya. Yang mencangkup seluruh aktivitas ibadah, mu’amalah, dakwah, dan juga pendidikan.
Al-Qur’an telah berhasil mendidik nabi Muhammad beserta para sahabatnya. Menjadikan mereka generasi terbaik. Serta mampu membangun peradaban. Peradaban baru yang menggantikan peradaban lama (Arab sebelum Islam). Yang penuh dengan kejahiliahan, kemusyrikan, dan ketidakadilan.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, sudah menjadi hal yang sangat urgen untuk kembali mengkaji al-Qur’an. Menerapkannya dalam kehidupan sebagai pedoman yang tidak akan menyesatkan. Jika, kita mengharapkan generasi terbaik kembali hari. Maka, mendidik generasi baru dengan metode yang terdapat dalam al-Qur’an menjadi sebuah keharusan.
Banyak dalam al-Qur’an metode pendidikan yang efektif. Salah satunya terdapat dalam surat an-Nah ayat 125:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan mau’izoh hasanah (pelajaran yang baik) dan jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang baik). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

                Terdapat tiga metode pendidikan dalam ayat ini. Pertama, mendidik dengan al-hikmah. Para ulama tafsir memberikan pengertian hikmah beberapa definisi. Salah satunya penjelasan Sayyid Quthub dalam Fii Zilalil Qur’an, mendidik dengan hikmah adalah menguasai keadaan dan kondisi peserta didik (anak, murid). Mengetahui batasan-batasan materi yang disampaikan sesuai dengan kemampuan akal mereka. Sehingga tidak membingungkan dan memberatkan.
            Kedua, Mendidik dengan mau’izah hasanah. Dengan nasehat yang baik. Nasehat yang mampu membangun kepercayaan diri peserta didik. Penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Menghindari bentakan dan kekerasan. Menjauhi hukuman yang mencederai fisik ataupun batin. Memberikan contoh yang benar. Sebagaimana Nabi memberikan contoh kepada para sahabat. Prof. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa anak adalah peniru paling ulung. Dia akan mengikuti apa yang dia lihat baik ataupun buruk. Oleh sebab itu, pendidik (guru, orang tua) harus mampu menjadi teladan mereka.
            Ketiga, Mendidik harus dengan mujadalah billati hiya ahsan, mendebat dengan cara yang baik. Maksudnya, adalah memberikan jawaban terbaik dalam setiap pertanyaan yang diajukan. Sudah fitrah seorang anak adalah memiliki sikap penasaran dan selalu ingin tahu. Karena itu, pendidik harus mampu menjelaskan dengan cara yang baik dan argumentasi yang kuat. Dan mampu memberikan jawaban terhadap rasa penasaran mereka.
            Sudah menjadi fakta sejarah bahwa Nabi berhasil mendidik para sahabat sehingga menjadi generasi terbaik. Maka dari itu, hendaknya para pendidik dapat mengaplikasikan metode pendidikan dalam al-Quran (Surat An-Nahl 125) ini.
0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cecep Supriadi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger