Oleh: Cecep Supriadi
Namun, sangat disayangkan, pengetahuan yang mendasar tentang konsep
makanan dan minuman yang halal dan thayyib belum mendapat perhatian khusus
setiap orang. Padahal, lebih dari 1400 tahun silam, al-Qur’an telah menjelaskan
tentang pentingnya makan halal dan thayyib. Dan telah dipraktekkan langsung
oleh Nabi dan para sahabatnya. Faktanya bahwa Nabi hanya mengalami sakit dua
kali sepanjang hayatnya. Banyak terjadi peperangan saat itu. Bahkan Khadijah
(istri Nabi) melahirkan tujuh orang anak, padahal usianya sudah diatas 40
tahun. Semua terangkum dengan baik dalam Syariah Islam.
Syariah Islam tidak hanya membahas seputar ubudiyah
(penghambaan diri) & Muamalah
(interaksi), namun juga membahas tentang apa-apa yang harus dikonsumsi
sebagai upaya menjaga keberlangsungan hidup dan kesehatan setiap manusia.
Sering kita temukan dalam al-Qur’an dan Sunnah perintah yang berkenaan tentang
kewajiban memakan makanan dan minuman yang halal dan thayyib (berkualitas,
bergizi, dan sehat). Kewajiban ini semakin meyakinkan kita selaku muslim untuk
pandai memilih dan mengolah makanan dan minuman yang menyehatkan lagi halal
untuk dikonsumsi baik pribadi maupun keluarga. Karena, keberlangsungan hidup,
kesehatan, dan kesejahteraan termasuk tujuan dari pada adanya syariat (maqashid
syariah: hifdz nafs). Oleh karena itu, mengetahui kriteria makanan halal
dan thayyib mutlak perlu diketahui.
Kriteria
Makanan Halal
Pada prinsipnya dalam Islam, segala sesuatu itu diperbolehkan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya (lihat Halal dan Haram: Yusuf Qardhawi)
dengan mengambil kaidah ushul fiqh (al-Ashl fil Asy-ya’ al-ibahah, yatta
yadul ad-daliil ‘ala tahrimih). Maka sesungguhnya yang diharamkan itu
amatlah sempit dan yang dihalalkan sangatlah terhampar luas. Termasuk dalam hal
makanan dan minuman. Maka jika tidak kita temukan dalil yang mengharamkan, kita
kembalikan kepada hukum asalnya, yaitu boleh.
Allah swt telah menghamparkan dan menyediakan makanan dan minuman
untuk dinikmati oleh hamba-Nya. Ini sebagai bentuk dari sifat-Nya yang Maha
Penyayang kepada setiap makhluk. Kita menikmati makanan dan minuman yang Allah
sediakan salah satu sebagai bentuk syukur dan merupakan perintah agar menjadi
orang bertakwa (QS. An-Nahl 114), sebaliknya jika kita mengkonsumsi makanan
haram maka kita telah mengikuti langkah syaitan (QS. Al-Baqarah 178). Oleh karena
itu kita perlu memperhatikan kriteria makanan yang telah diharamkan.
Ada empat kriteria makanan yang diharamkan terdapat dalam Surat
Al-Baqarah ayat 173. Pertama, Bangkai, hewan yang mati dengan tidak
disembelih; termasuk yang tercekik, dipukul, ditanduk, diterkam binatang buas
kecuali yang sempat disembelih. Selain ikan dan belalang, semua bangkai haram
dikonsumsi. Kedua, Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir ketika
disembelih. Ketiga, Babi, para ulama sepakat terhadap keharaman seluruh
komponen babi baik dikonsumsi ataupun dimanfaatkan untuk hal yang lain
(obat-obatan, kosmetika, ataupun bahan pangan lain). Keempat, Binatang
yang disembelih dengan nama selain Allah, ataupun yang dijadikan sesajen.
Kriteria
Makanan Thayyib
Dalam kehidupan manusia sehari-hari membutuhkan makanan dan minuman
yang tidak sekedar teruji halal juga harus dipastikan bergizi tinggi (thayyiban)
yang dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Soekidjo Notoatmojo dalam bukunya
Kesehatan Masyarakat, Ilmu, dan Seni menjelaskan empat fungsi pokok makanan
bagi kehidupan manusia, yaitu Pertama, memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak. Kedua,
memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari. Ketiga, mengatur
metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh
yang lain. Empat, berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Agar makanan yang kita makan berfungsi sesuai dengan fungsi pokok,
maka makanan yang kita makan tidak sekedar makanan. Makanan tersebut harus
mengandung zat-zat yang sangat diperlukan tubuh seperti protein, karbohidrat,
vitamin-vitamin, lemak (HDL), dan mineral. Atau secara ringkas disebut makanan
bergizi (thayyiban).
Dalam berbagai literatur tentang makanan bergizi
(lihat Modul ke-3 KHT-HPAI), kita akan menemukan minimal ada delapan kriteria
makan bergizi. Pertama, Protein Secukupnya. Makanan sebaiknya mengandung
Protein secukupnya saja baik yang didapat dari hewan (hewani) maupun
tumbuhan (nabati). Kekurangan dan kelebihan protein dapat menyebabkan
gangguan pada beberapa organ penting tubuh.
Kedua, tidak mengandung Monosodium Glutamat (MSG). Makanan
yang mengandung MSG memang memiliki rasa yang lebih gurih dan lezat. Namun
konsumsi makanan dengan MSG kurang bagus untuk kesehatan jangka panjang. Dampak
buruk pemakaian MSG ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Maka dari itu,
sebaiknya kita membatasi konsumsi makanan yang mengandung MSG seperti makanan ringan
buatan pabrik. Cermati juga makanan yang mengandung Sodium atau Natrium karena
merupakan jenis garam yang kurang bagus terutama untuk penderita hipertensi.
Ketiga,
Mengandung Serat. Sebaiknya, makanan yang kita makan mengandung serat. Serat
bisa diperoleh dari buat dan sayur. Maka, ketersediaan buah dan sayur menjadi
mutlak harus menjadi hidangan wajib di meja makan. Keempat, tidak
mengandung 5 P (Pewarna, Pengawet, Perisa, Pemanis, dan Penyedap). Makan yang
bergizi pasti menghindari lima bahana ini. Bahan-bahan ini bisa terdapat pada
makanan-makanan instan, dan makan ringan buatan pabrik. Kelima bahan ini
memiliki bahaya jangka panjang jika terus dikonsumsi. Kelima, Sedikit
Minyak Goreng. Minyak Goreng membuat makanan menjadi berlemak jenuh. Sedangkan
Anda mungkin sudah memperoleh cukup lemak dari jenis makanan lain. Selain itu,
makanan yang digoreng dengan minyak suhu tinggi akan membuat gizi alami yang
terdapat dalam makanan rusak. Dan Menggoreng makanan dengan minyak jelantah
atau minyak goreng yang sudah pernah dipakai juga membuat kandungan lemak trans
dan radikal bebas dalam makanan meningkat. Dampaknya memang tidak muncul seketika,
namun suatu saat bisa menyebabkan penyakit Kanker.
Keenam, Tidak banyak Santan. Makanan bersantan seperti opor, soto, dan
rendang mengandung kolestrol tinggi. Hati-hati menyantap makanan bersantan
seperti itu, karena jumlah kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh akan meningkat. Dampak
konsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi akan muncul beberapa tahun
mendatang, misalnya penyempitan dan pengerasan pembuluh darah dan berbagai
penyakit jantung. Perlu disiasati ketika kita hendak memakan makanan tersebut.
Seperti mendahulukan makan buah dan minum sedikit air hanyat setelah makan. Ketujuh,
Hindari Makanan yang Terlalu Pedas. Makanan yang terlalu pedas dapat menyebabkan
iritasi pada saluran pencernaan. Pada sebagian orang, makanan yang terlalu
pedas akan menyebabkan sakit perut atau sakit maag . Anda boleh saja makan makanan
pedas, tetapi jangan terlalu pedas. Selain dapat membahayakan pencernaan, makanan
terlalu pedas juga akan membuat penampilan anda berantakan akibat produksi
keringat yang berlebihan.
Kedelapan,
Cukup Matang. Makanan setengah matang seperti ikan bakar, sate, dan acar juga
perlu diperhatikan, terutama bagi ibu hamil karena sama halnya dengan makanan mentah,
bakteri atau virus berbahaya pada makanan setengah matang mungkin belum mati.
Maka perlu dipastikan tingkat kematakan makan olahan yang kita buat. Termasuk
juga buah. Buah perlu matang dengan sempurna, agar vitamin yang kita dapatkan
dari buah tersebut.
Kewajiban Mengkonsumsi Makanan Halal dan Thoyyib
Kriteria makanan halal dan bergizi ini perlu menjadi
tolak ukur dalam menentukan makanan terbaik yang dihidangkan kepada setiap
manusia. Mengkonsumsinya menjadi wajib ketika Allah berfirman dalam surat
Al-Baqarah ayat 168:
(Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu).
Banyak hikmah yang didapat ketika kita senantiasa mengkonsumsi
makanan halal dan thoyyib. Baik dari segi kesehatan ruuhii dan jasmanii.
Makanan halal akan memberikan karakter yang baik terhadap seseorang. Menunjukan
ketakwaan seseorang. Menjadi daging dalam tubuhnya yang senantiasa digunakan
untuk selalu beribadah kepada Allah, baik dalam keadaan ibadah mahdhoh, ghairu
mahdhoh maupun dalam keadaan bekerja. Menjadi sumber energi penyemangat
dalam mengarungi dahsyatnya berjuang di muka bumi. Selalu mengkonsumsi makanan
yang halal menjadikan kita pula termasuk golongan orang yang menjaga diri dari
kerusakan dunia dan akhirat.
Demikian
halnya dengan makanan bergizi (thoyyiban). Kebutuhan tubuh akan nutrisi
yang diperlukan perlu dipenuhi. Memenuhi hak tubuh kita. Memberikan makanan
terbaik menjadikan tubuh kita senantiasa kuat dan terhidar dari
penyakit-penyakit berbahaya. Gizi yang baik dapat meningkatkan imunitas tubuh
kita meningkat, sehingga serangan virus, patogen, dan sel jahat lainnya tidak
mampu menembus kekebalan tubuh kita. Dan bukankah mu’min yang kuat lebih baik
dari mu’min yang lemah?. Maka dari itu mengkonsumsi makanan halal dan thayyib
tidak sekedar menuntaskan kewajiban, tetapi juga merupakan sebuah keniscayaan. Wallahu
a’lam.
Posting Komentar