Kriteria Makanan Halal & Thoyyib


Oleh: Cecep Supriadi

Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan tubuh kita dengan sebaik-baiknya bentuk (QS. At-Tiin: 4) lengkap dengan kekuatan fitrah yang dititipkan pada tubuh tersebut, yang dalam istilah kedokteran dinamakan imunitas. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor (lihat Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni: Rineka Cipta). Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh akan diproses otomatis oleh tubuh, dicerna, diolah dan diambil dari makanan tersebut nutrisi untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Namun, sangat disayangkan, pengetahuan yang mendasar tentang konsep makanan dan minuman yang halal dan thayyib belum mendapat perhatian khusus setiap orang. Padahal, lebih dari 1400 tahun silam, al-Qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya makan halal dan thayyib. Dan telah dipraktekkan langsung oleh Nabi dan para sahabatnya. Faktanya bahwa Nabi hanya mengalami sakit dua kali sepanjang hayatnya. Banyak terjadi peperangan saat itu. Bahkan Khadijah (istri Nabi) melahirkan tujuh orang anak, padahal usianya sudah diatas 40 tahun. Semua terangkum dengan baik dalam Syariah Islam.

Syariah Islam tidak hanya membahas seputar ubudiyah (penghambaan diri)  & Muamalah (interaksi), namun juga membahas tentang apa-apa yang harus dikonsumsi sebagai upaya menjaga keberlangsungan hidup dan kesehatan setiap manusia. Sering kita temukan dalam al-Qur’an dan Sunnah perintah yang berkenaan tentang kewajiban memakan makanan dan minuman yang halal dan thayyib (berkualitas, bergizi, dan sehat). Kewajiban ini semakin meyakinkan kita selaku muslim untuk pandai memilih dan mengolah makanan dan minuman yang menyehatkan lagi halal untuk dikonsumsi baik pribadi maupun keluarga. Karena, keberlangsungan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan termasuk tujuan dari pada adanya syariat (maqashid syariah: hifdz nafs). Oleh karena itu, mengetahui kriteria makanan halal dan thayyib mutlak perlu diketahui.

Kriteria Makanan Halal

Pada prinsipnya dalam Islam, segala sesuatu itu diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya (lihat Halal dan Haram: Yusuf Qardhawi) dengan mengambil kaidah ushul fiqh (al-Ashl fil Asy-ya’ al-ibahah, yatta yadul ad-daliil ‘ala tahrimih). Maka sesungguhnya yang diharamkan itu amatlah sempit dan yang dihalalkan sangatlah terhampar luas. Termasuk dalam hal makanan dan minuman. Maka jika tidak kita temukan dalil yang mengharamkan, kita kembalikan kepada hukum asalnya, yaitu boleh.

Allah swt telah menghamparkan dan menyediakan makanan dan minuman untuk dinikmati oleh hamba-Nya. Ini sebagai bentuk dari sifat-Nya yang Maha Penyayang kepada setiap makhluk. Kita menikmati makanan dan minuman yang Allah sediakan salah satu sebagai bentuk syukur dan merupakan perintah agar menjadi orang bertakwa (QS. An-Nahl 114), sebaliknya jika kita mengkonsumsi makanan haram maka kita telah mengikuti langkah syaitan (QS. Al-Baqarah 178). Oleh karena itu kita perlu memperhatikan kriteria makanan yang telah diharamkan.

Ada empat kriteria makanan yang diharamkan terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 173. Pertama, Bangkai, hewan yang mati dengan tidak disembelih; termasuk yang tercekik, dipukul, ditanduk, diterkam binatang buas kecuali yang sempat disembelih. Selain ikan dan belalang, semua bangkai haram dikonsumsi. Kedua, Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir ketika disembelih. Ketiga, Babi, para ulama sepakat terhadap keharaman seluruh komponen babi baik dikonsumsi ataupun dimanfaatkan untuk hal yang lain (obat-obatan, kosmetika, ataupun bahan pangan lain). Keempat, Binatang yang disembelih dengan nama selain Allah, ataupun yang dijadikan sesajen.

Kriteria Makanan Thayyib

Dalam kehidupan manusia sehari-hari membutuhkan makanan dan minuman yang tidak sekedar teruji halal juga harus dipastikan bergizi tinggi (thayyiban) yang dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Soekidjo Notoatmojo dalam bukunya Kesehatan Masyarakat, Ilmu, dan Seni menjelaskan empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia, yaitu Pertama, memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak. Kedua, memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari. Ketiga, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain. Empat, berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit.

Agar makanan yang kita makan berfungsi sesuai dengan fungsi pokok, maka makanan yang kita makan tidak sekedar makanan. Makanan tersebut harus mengandung zat-zat yang sangat diperlukan tubuh seperti protein, karbohidrat, vitamin-vitamin, lemak (HDL), dan mineral. Atau secara ringkas disebut makanan bergizi (thayyiban).

Dalam berbagai literatur tentang makanan bergizi (lihat Modul ke-3 KHT-HPAI), kita akan menemukan minimal ada delapan kriteria makan bergizi. Pertama, Protein Secukupnya. Makanan sebaiknya mengandung Protein secukupnya saja baik yang didapat dari hewan (hewani) maupun tumbuhan (nabati). Kekurangan dan kelebihan protein dapat menyebabkan gangguan pada beberapa organ penting tubuh.   Kedua, tidak  mengandung Monosodium Glutamat (MSG). Makanan yang mengandung MSG memang memiliki rasa yang lebih gurih dan lezat. Namun konsumsi makanan dengan MSG kurang bagus untuk kesehatan jangka panjang. Dampak buruk pemakaian MSG ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Maka dari itu, sebaiknya kita membatasi konsumsi makanan yang mengandung MSG seperti makanan ringan buatan pabrik. Cermati juga makanan yang mengandung Sodium atau Natrium karena merupakan jenis garam yang kurang bagus terutama untuk penderita hipertensi.

Ketiga, Mengandung Serat. Sebaiknya, makanan yang kita makan mengandung serat. Serat bisa diperoleh dari buat dan sayur. Maka, ketersediaan buah dan sayur menjadi mutlak harus menjadi hidangan wajib di meja makan. Keempat, tidak mengandung 5 P (Pewarna, Pengawet, Perisa, Pemanis, dan Penyedap). Makan yang bergizi pasti menghindari lima bahana ini. Bahan-bahan ini bisa terdapat pada makanan-makanan instan, dan makan ringan buatan pabrik. Kelima bahan ini memiliki bahaya jangka panjang jika terus dikonsumsi. Kelima, Sedikit Minyak Goreng. Minyak Goreng membuat makanan menjadi berlemak jenuh. Sedangkan Anda mungkin sudah memperoleh cukup lemak dari jenis makanan lain. Selain itu, makanan yang digoreng dengan minyak suhu tinggi akan membuat gizi alami yang terdapat dalam makanan rusak. Dan Menggoreng makanan dengan minyak jelantah atau minyak goreng yang sudah pernah dipakai juga membuat kandungan lemak trans dan radikal bebas dalam makanan meningkat. Dampaknya memang tidak muncul seketika, namun suatu saat bisa menyebabkan penyakit Kanker.

Keenam, Tidak banyak Santan. Makanan bersantan seperti opor, soto, dan rendang mengandung kolestrol tinggi. Hati-hati menyantap makanan bersantan seperti itu, karena jumlah kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh akan meningkat. Dampak konsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi akan muncul beberapa tahun mendatang, misalnya penyempitan dan pengerasan pembuluh darah dan berbagai penyakit jantung. Perlu disiasati ketika kita hendak memakan makanan tersebut. Seperti mendahulukan makan buah dan minum sedikit air hanyat setelah makan. Ketujuh, Hindari Makanan yang Terlalu Pedas. Makanan yang terlalu pedas dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Pada sebagian orang, makanan yang terlalu pedas akan menyebabkan sakit perut atau sakit maag . Anda boleh saja makan makanan pedas, tetapi jangan terlalu pedas. Selain dapat membahayakan pencernaan, makanan terlalu pedas juga akan membuat penampilan anda berantakan akibat produksi keringat yang berlebihan.

Kedelapan, Cukup Matang. Makanan setengah matang seperti ikan bakar, sate, dan acar juga perlu diperhatikan, terutama bagi ibu hamil karena sama halnya dengan makanan mentah, bakteri atau virus berbahaya pada makanan setengah matang mungkin belum mati. Maka perlu dipastikan tingkat kematakan makan olahan yang kita buat. Termasuk juga buah. Buah perlu matang dengan sempurna, agar vitamin yang kita dapatkan dari buah tersebut.

Kewajiban Mengkonsumsi Makanan Halal dan Thoyyib

Kriteria makanan halal dan bergizi ini perlu menjadi tolak ukur dalam menentukan makanan terbaik yang dihidangkan kepada setiap manusia. Mengkonsumsinya menjadi wajib ketika Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 168:

(Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu).

Banyak hikmah yang didapat ketika kita senantiasa mengkonsumsi makanan halal dan thoyyib. Baik dari segi kesehatan ruuhii dan jasmanii. Makanan halal akan memberikan karakter yang baik terhadap seseorang. Menunjukan ketakwaan seseorang. Menjadi daging dalam tubuhnya yang senantiasa digunakan untuk selalu beribadah kepada Allah, baik dalam keadaan ibadah mahdhoh, ghairu mahdhoh maupun dalam keadaan bekerja. Menjadi sumber energi penyemangat dalam mengarungi dahsyatnya berjuang di muka bumi. Selalu mengkonsumsi makanan yang halal menjadikan kita pula termasuk golongan orang yang menjaga diri dari kerusakan dunia dan akhirat.

Demikian halnya dengan makanan bergizi (thoyyiban). Kebutuhan tubuh akan nutrisi yang diperlukan perlu dipenuhi. Memenuhi hak tubuh kita. Memberikan makanan terbaik menjadikan tubuh kita senantiasa kuat dan terhidar dari penyakit-penyakit berbahaya. Gizi yang baik dapat meningkatkan imunitas tubuh kita meningkat, sehingga serangan virus, patogen, dan sel jahat lainnya tidak mampu menembus kekebalan tubuh kita. Dan bukankah mu’min yang kuat lebih baik dari mu’min yang lemah?. Maka dari itu mengkonsumsi makanan halal dan thayyib tidak sekedar menuntaskan kewajiban, tetapi juga merupakan sebuah keniscayaan. Wallahu a’lam.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cecep Supriadi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger